Rabu, Juni 08, 2011

KUSEBUT NAMAMU


Karina, kusebut namamu
seperti para darwis menyeru Tuhannya.

Jika kau sadari seperti apa cintaku padamu, maka dengannya kau akan bisa membakar api dan membasahi air. Karena cintaku itu lahir dari hati yang telah menjadi puisi. Abadi seperti mimpi para nabi orang Yahudi. Di situ, di dalam cintaku itu, rindumu bisa menuliskan sendiri takdirnya sebelum perpisahan mengukirkan penyesalan dan jawaban akan mengucapkan sendiri pertanyaan sebelum keputusanmu menghapuskan kenangan.

Karina, kusebut namamu
seperti para malaikat mengaminkan doa orang suci.

Di hadapan cintaku kau akan kehilangan pilihan karena Ia tak bertanya. Cintaku seringan udara hingga menjadi napasmu. Dan sekali terhirup jantungmu, Ia akan menjadi dirimu. Pada saat itu, kau akan melihat dengan mata cintaku, mendengar dengan telinga cintaku, bicara dengan mulut cintaku, berduka dan bersuka dengan sukma cintaku. Lalu sekata demi sekata, kau akan menjadi puisi. Abadi di dalam doa para pemuja cinta.

Karina, kusebut namamu
seperti lolong serigala di malam purnama.

Cintaku padamu adalah semesta sunyi dirimu di kegelapan jalan tak bertuju. Menggigil dibalut dingin malam ketika kau kehilangan mimpimu. Ia lilin yang tak akan padam, karena tercipta dari rindu yang telah menjadi puisi. Abadi menguak derita keinginan untuk selalu bersama. Itulah kenapa cintaku membutuhkan dirimu hari ini juga. Karena esok harapan tak lagi berarti. Dikutuk penantian dengan lapuknya usia, cinta yang tertunda akan direbut langit. Di sana kau hanya tinggal nama dari kerinduan yang telah kau sia-siakan.