Sekata laku, namamu
Saat itu hari tak hendak menjadi baru
Senja meninggalkan kita dengan ragu-ragu
Kau duduk di situ seakan membatu
Dingin yang basah membuatmu beku
Dan malam tinggal termangu
Menjerat dirimu ke dalam kelu
Seketika bisu, gadisku
Hanyut aku ke dalam senyummu
Namun waktu telah berlalu
Sebelum aku mengenal dirimu
Sungguh tak akan terlupa
karena Karina bukan hanya nama
yang kuseru di kala lena
---
Sejenak lalu, matamu
Kenangan yang akan kusimpan
Tanpa membilang kapan
Meski masih juga harus
aku ulurkan tangan
Untuk meraih segaris harapan
yang kau goreskan lewat tatapan
Di batas niskala usiaku dan kekanakanmu
Pada ruang di mana waktu tak mampu berlalu
Aku tak lagi menjadi aku
dan kau hanya kau
di cawan hasratku
Lembut memagut berbalut kabut
Sungguh tak akan terlupa
karena Karina bukan hanya mata
yang kulukis di kanvas cinta
---
Senada lagu, tawamu
Erat kudekap jaketku
yang pernah membungkus tubuhmu
Hanya agar terulang kembali
kehadiranmu di dalam dadaku
Di belakangku,
tenang membentang danau hijau
Di depanku,
resah membayang raut wajahmu
cantik disaput sinar pucat bulan bulat
Setelah itu, entahlah
semuanya mengabur dalam tanya
: mungkinkah?
Sederai tawa mengambang
di udara tipis malam yang lewat
Sungguh tak akan terlupa
karena Karina bukan hanya tawa
yang kudengar di lengang jiwa